Sabtu, 16 Juni 2012

"SELAMAT JALAN SAUDARA SEPERJUANGAN KU YANG PALING SETIA"

Kisah ini ditulis oleh guru mulia, Al Habib Mundzir Al Musawwa. Ini kisah beliau tentang teman seperjuang beliau yang sangat beliau cintai. Kisah ini beliau beri judul : "SELAMAT JALAN SAUDARA SEPERJUANGAN KU YANG PALING SETIA". Kisah ini beliau tulis 5 Juni 2012. Ini dia kisah nya :



Al Habib Mundzir Al Musawwa :

Semenjak 1998 awal dakwah hamba di Indonsia dari Yaman, beliau ( hamba memanggilnya bang Pii, dan memberinya nama Muhammad Ruhiy) telah mulai mendampingi hamba, dan tidak mau berpisah dengan hamba. Walau beliau diijinkan pulang pada anak isterinya, ia tetap memilih tinggal bersama hamba, sampai akhirnya kami mendapatkan kendaraan sendiri. Ia berdakwah tanpa mengharapkan upah. Jika ditanya, beliau akan menjawab "Saya ikut habibana karena asyik dan senang saja. tidak mengharapkan upah". Maka kami berdakwah memacu tubuh. kami sering bermalam malam tidak tidur, bahkan berhari hari siang malam tidak tidur. Dan dia tidak pernah berkhianat pada hamba atau memperolok hamba, padahal usianya 4 atau 5 tahun diatas hamba.

Mulai dari Ujung Kulon,Bnaten, melintasi Jakarta, menuju Cianjur, Bandung, Majalengka, Subang, hingga berlanjut hingga Jawa Tengah yaitu Purwokerto, lalu melanjutkan dengan jalur selatan, Wonosobo, Pegunungan Dieng, Jogjakarta, Sukoharjo, Solo, lalu mengarah ke pantura, Semarang, Demak, Kudus, berlanjut ke Jawa Timur melalui Surabaya, bergabung dengan KH Sa'dullah mengelilingi puluhan wilaayah di Jawa Timur, diantara nya Tretes, Malang Selatan, Sidoharjo, Pujon, Mojosari, Mojokerto, Blitar, dan banyak wilayah dakwah KH Sa'dullah lalu meneruskan ke Probolinggo, lalu Tanggul, lalu Banyuwangi, menyerang ke Bali, di wilayah Negara, Karang Asem, Klungkung, Denpasar, lalu melanjutkan ke Mataram, lalu kembali ke Jakarta.

Itu kmi lakukan dalam 2 minggu setiap bulan nya. Sisa 2 minggu untuk 2 hari di Singapura, lalu ke Johor, Kuala lumpur, kembali ke Jakarta, dan bisa sampai 8 majelis dalam sehari. Hal itu berjalan hingga tahun 2002. Dan kondisi hamba pun mulai drop dan tulang tempurung lutut hamba melembek sebab terlalu banyak mengkonsumsi obat asma di ruang ICU RS. Kemudian hamba dirujuk ke Cipto Mangunkusumo lalu meneruskan pengobatan hingga 6 bulan terus di kursi roda, kemudian sembuh. Jangka beberapa bulan, stroke menimpa, namun kondisi hamba mulai membaik namun semakin lemah dan terus opname beberapa hari hampir setiap bulannya. Dan beliau tidak mengeluhkan sakit apapun kecuali masuk angin. Sampai hamba terkena stroke yang kedua pada 2003, kemudian Allah memberi kepulihan dan perlahan lahan meneruskan dakwah.

Kini jamaah Majelis Rasulullah SAW sudah jutaan jumlahnya. Dan saudara seperjuangan ku tidak pernah mau berpisah dengan ku. Suatu waktu hamba bertanya, "Apa cita cita mu yang kau dambakan di dunia ini ?" Kemudian beliau menjawab, "Saya ingin kaya raya Yaa Habibana". Hamba berkata lagi, "InsyaAllah kamu akan kaya raya tapi saya sudah wafat. Kamu dan keluargamu akan kaya". Maka beliau menjawab " Tidak Yaa Habibana, percuma kaya raya kalau tidak ada habibana, saya tidak mau kaya tanpa habibana. lalu hamba menggodanya lagi : "Lalu kalau bukan kaya raya, mau apa kamu hidup di dunia ini dan apa cita cita mu ?". Beliau menjawab : "Tidak ada cita cita yaa habibana. saya hidup bersama habibana saja, itu cita cita saya.

Muhammad Ruhiy beberapa minggu lalu terkena gagal ginjal, dan terpaksa cuci darah. Karena penyakitnya sama dengan satu penyakit yang dalam 3 tahun terakhir ini diidab hamba, yaitu sakit kepala bagian belakang. Mungkin karena cinta bang Pii atau Muhhamd Ruhiy terhadap saya, beliau berdoa minta penyakit hamba dipindahkan pada beliau. Sebab itu belaiu sering pusing tanpa sebab. Dan jika sakit pusing hamba kambuh, pasti disaat yang sama Muhammad Ruhiy pun demikian.

Seringkali ketika sakit kepala hambuh, dan dalam waktu yang sama beliau sms pada hamba minta ijin ngurut atau ke sinsei tau kemana karena pusing nya kambuh. Padahal hamba dikamar, dan beliau tidak tahu menahu jika hamba kambuh juga.

Seringkali saat hamba kambuh dan kebetulan sedang dimobil, maka hamba tanya beliau, "Bang, gimana kabar pusing mu ?" Bang Pii menjawab: "iya habibana, pusing ana lagi kambuh". Maka hamba menjawab dengan bercanda "kamu kok nyamain melulu kalo ana sakit".

Ia pernah juga mengidap sakit liver, sebabnya hanya karena hamba berhenti seluruh dakwah dan majelis, dan tidak ada kendaraan, maka beliau pulang dan kami berpisah. Hampir kira kira 1 tahun, maka ia terkena liver yang parah, karena terus menangis sedih berpisah dengan hamba. Lalu hamba katakan, "Kita akan bangkit dan dakwah lagi, dan mudah mudahan mati bersama bang, karena berjuang selalu bersama, atau jika beda waktu kematian kita hanya beda eberapa hari, lalu jumpa dan bersama lagi di alam barzakh, karena engkau ana beri nama Muhammad Ruhiy, ruh kita tidak bisa lama terpisah !"

Hamba ingin mengajaknya ikut berobat dengan profesor yang menangani sakit kepala hamba agar sakit kepalanya pun sama sama diobati. Namun beliau menolak, tentunya tidak ingin memberatkan biayanya pada hamba, dan beliau meremehkan sakitnya. Maka kurang lebih beberapa minggu lalu ia pamit untuk istirahat 2 atau 3 hari, hamba izinkan seminggu istirahat. Jika masih perlu atau mau istirahat, tidak apa apa. Ia pun pulang, dan lama tak kembali, sampai hamba dengan ia dirawat di RS Budi Asih. Lalu belum sampai dijenguk, dia telah pulang. Lalu kedua kalinya ia di opname lagi dan masuk ICU 2 hari.

Rupanya beberapa hari yang lalu, Muhammad Ruhiy sudah melakukan cuci darah. Dan menurut ilmu kedokteran, "CUCI DARAH BERARTI HANYA TERUS CUCI DARAH MENUNGGU WAKTU WAFATNYA SAJA, KECUALI CANGKOK GINJAL, KINI BANYAK YANG BERHASIL"




kisah ini belum selesai sahabat, tunggu kelanjutan kisah habibana :)