Sabtu, 30 Juni 2012

Nasehat Habib Novel..

29 Juni 2012, 22.15pm..
Hari itu setelah selesai majelis di kediaman beliau Al Habib Noval bin Muhammad Alaydrus. Aku yang notabene tengah belajar untuk mengikhlaskan sesuatu memutuskan untuk bercerita pada beliau.

aku : "bib, kok saya belum bisa ikhlas ya kalo misalnya saya belum diterima di SNMPTN tahun ini ? Saya kan takutnya mengecewakan orang tua."

kemudian beliau dengan bijak menjawab,

"KITA INI HIDUP HANYA UNTUK MENUNGGU APA RENCANA ALLAH SELANJUTNYA. JADI YA DIJALANI SAYA. SAYA DULU DILARANG IBU SAYA UNTUK KULIAH DI ITB ATAU ITS. SAYA KENA MARAH DAN AKHIRNYA SAYA MENURUT. DAN SEKARANG, SAYA MENJADI SEPERTI INI"

(beliau adalah pemimpin majelis ilmu dan dzikir Ar Raudhah Solo Jawa Tengah dan memiliki majelis rutinan setiap jumat di kediaman beliau di Jl Dewutan nomor 112 Pasar Kliwon Solo)

setelah mendengar ini, aku tahu bahwa Allah pasti memberi yg terbaik pada makhluk kesayangan nya :)


Sahabat, jika kalian membaca post ini, sangat saya harapkan bahwa kalian akan mendoakan saya selalu :)
terimakasih :)

Rabu, 27 Juni 2012

PARADE HADRAH 2012..


Akhirnya saya bisa juga membuat laporan mengenai PARADE HADRAH 2012 yang ttelah diselenggarakan pada tanggal 17 Juni 2012. Parade Hadrah tahun ini dilaksanakan mulai dari pukul 08.00. Dengan start dari Lapangan Kota Barat, kemudian berjalan sepanjang Jalan Slamet Riyadi, dan finish di halaman Balaikota Surakarta. Di halaman Balaikota, para "pilot-pilot" hadrah akan menabuh rebana bersama. Menurut ketua penyelenggara, beliau Bapak Samachin, "parade hadrah ini diselenggarakan untuk melestarikan kesenian hadrah selain memiliki tujuan utama untuk memperingati isra' mi'raj Nabi SAW." Parade hadrah tahun ini nampak lebih sepi dari tahun sebelumnya karena beberapa hadrah kenamaan kota Solo seperti : Hadrah Gapuro, Hadrah Al Ittichad, dan Hadrah Fatahillah tidak bisa berpartisipasi dalam big event ini. Walaupun begitu, Parade hadrah tahun ini diikuti oleh sekitah 200 kelompok hadrah. Dan masing masing kelompok hadrah beranggotakan 25-500 orang. Jadi, kira kira total 6000 orang turut beriringan menuju Balaikota Surakarta. Tidak hanya berjalan dari kota barat menuju balaikota saja, parade hadrah tahun ini juga menyajikan puncak atraksi di depan Plasa Sriwedari. Disini disajikan tarian sufi dan berbagai atraksi yang lain.
 
dimulai dengan rombongan jamaah Majelis Alhidayah





disusul JAMURO.


 urutan berikutnya JAMURI..

duo bidadari JAMURI :D



















 KH Sony Parsono..
 Tari Sufi yang digelar di Plasa Sriwedari


 

Sabtu, 23 Juni 2012

KEKASIHKU sakit..


Habib Munzir Al Musawwa sakit !
Sahabat, doakan beliau ya. Belaiu telah selesai melakukan operasi jantung pada Rabu 20 Juni 2012. Dan sekarang beliau masih rebah di ruang opname RSCM dengan mesin deteksi jantung disamping nya. Dan jam besuk beliau ditambah mulai jam 06.00 sampai dengan maghrib :)

 ustadz arifin ilham menjenguk Habibana :)


"Wahai Habibana , bangkitlah seperti hari hari mu dulu, Barat dan Timur menantimu.."

Sumber : majelisrasulullah.org

Jumat, 22 Juni 2012

"SELAMAT JALAN SAUDARA SEPERJUANGAN KU YANG PALING SETIA"

Ini lanjutan kisah yang kemarin Sahabat. Kisah bang Piiyang ditulis olh beliau Al Habib Mundzir Al Musawwa. Selamat membaca :)

Hamba dalam kedala, mau melakukan cangkok ginjal beayanya sampai 500 jutaan. Itupun belum 100% berhasil. Ada yang gagal dan ada juga yang berhasil. Hamba terus memantau keadaan bang Pii yang sudah tidak sadarkan diri di ruang ICU RS Budi Asih. Hamba sangat berat dan merasa belum rela melepasnya karena ia di salah satu posisi inti dan sangat terpercaya dan sangat hamba cintau. Kabar saya sampaikan pada Guru Mulia (Al Habib Umar bin Hafidh). bahwa sopir hamba dan sekalgus sudah menajdi teman saya, usianya 4-5 tahun lebih tua diatas hamba. Ia telah 14 tahun mengabdi pada hamba dalam dakwah. Kami susah senang bersama, maka Guru Mulia mengatakan "Jika ia wafat maka Sa'aadatukubra, Syahadah, dan pahala dakwah yang melimpah, namun aku masih akan membacakan doa kesembuhan baginya. Jika sampai besok fajar (jumat, 1 mei 2012) masih belum ada perubahan, boleh cabut seluruh alat bantunya di ruang ICU dan keluar dari ruang ICU." Hamba berharap 1 dari 3 hal :
1. Beliau sembuh dengan kekuatan dan kewibawaan nama Alah
2. Mencari pinjaman dana 500 juta untuk cangkok ginjal.
3. Jika tidak bisa juga, maka Allah SWT mengistirahatkan saja di alam barzakh, daripada terus tersiksa dengan sakitnya yang membuatnya semakin tersiksa pula perasaan nya karena tidak bisa lagi bersama hamba. Namun poin ketiga ini sugguh sangat berat bagi hamba.

Jumat siang 11 Rajab 1433 H / 1 Juni 2012 teat selesai bubara shalat jumat, hamba diruang istirahat masih dalam kondisi drop dan sangat lemah dan terus memantau keadaan beliau. Hamba menelpon kakaknya (Bang Ipul), maka bang Ipul tidak jelas suaranya karena ramai suara yang mengaji. Beliau sudah dirumah adiknya, tidak lagi bergerak, kecuali nafas bantuan namun denyut nadi masih terus berjalan walau sudah dicabut seluruh alat dan keluar dari ICU. Namun ketika hamba menelpon terdengar jeritan jeritan orang seperti kaget. Karena kaki kanannya bergerak kemudian berahir dengan tangan kanannya terangkat sebelah. Lalu Bang Pii MENGHEMBUSKAN NAFAS TERAKHIRNYA. (teringat wafatnya Rasul sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, Rasul SAW terangkat tangan kanannya dan menghembuskan nafas terakhir.)

Hamba keluar memaksakan diri untuk melayat jenazah. Sesampainya disana dikatakan beliau terus menyebut nyebut dan bertanya kabar hamba saat sebelum koma. Karena hamba belum menjenguk nya karena hamba pun sedang sangat lemah dan sakit, namun rupanya ajal sudah menjelang nya. Allah mengizinkannya menanti saat termulia yaitu hari jumat, karena teriwayatkan yang wafat hari jumat adalah tergolong syahid akhirat. Ia tidak ditanya mungkar nakir, ia tidak dihisab. Juga berpadu beliau ini sakit gagal ginjal. Rasul SAW bersabda pada shahih Bukhari bahwa salah satu golongan syahid adalah yang wafat sebab penyakit di perutnya. Maka mereka bebas dari segala masalah sakaraulmaut, siksa kubur, hisab, neraka, dan mereka di surga Allah SWT.

Namun Muhammad Ruhiy tampaknya tetap ingin berteu hamba sebelum wafat. Maka ketika suara hamba terdengar di hape, tubuhnya bergerak dengan sebelah kaki dan tangan terangkat, lalu menghembuskan nafas terakhirnya.

Majelis Rasulullah SAW sudah menjuta jamaah nya. Kau berpadu dalam pahala setiap tetes air mata mereka, setiap sujud mereka, bagimu kesaksian guru ku. Sa'aadatulkubra, syahadah, wal ajr fiddakwah ( Sa'aadah adalah sebutan Rasul SAW bagi orang yang selamat dari neraka yaitu mereka yang bahagia dengan abadi penduduk surga, maka ini disebut  Sa'aadatulkubra, yaitu kebahagiaan yang abadi yang sangat agung.


Lalu guru mulia menyebut juga beliau syahadah, yaitu mati syahid. Tentunya berlandaskan dalil yang hamba paparkan. Maka beliau ini bebas pula dari pertanyaan kubur, dan dihari kiamat nanti akan masuk surga tanpa hisab. Lalu guru mulia menyebut pula: wal ajr fiddakwah, yaitu : pahala atas dakwah yang besar.


Malam jumat sebelum beliau wafat, salah seorang jamaah majelis mengirim sms, "guruku, ampuni hamba. Lepas sahur dan sholat subuh hamba wirid pagi tadi lalu hamba tertidur dan berimpi lewat satu istana yang indah dan megah dan belum pernah terlintas di fikiran saya keindahan nya, sangat indah, megah ada pohon yang tumbuh mutiara dan emas yang indah, istananya putih bercahaya. Hamb dekati pintu depan nya dan ada bang Pii keluar dari pintu istana itu. Lalu hamba terpukau dengan wajah bang Pii yang indah dan becahaya, lalu beliau tersenyum dan bertanya pada saya "mau kemana ?". kemudian hamba menjawab "mau ke majelis bang Pii. Bang Pii ngak ke majelis?" tanya hamba lanjut dengan hati yang masih bingung dengan istana yang indah itu.


Lalu beliau tersenyum dan berkata : "engak". malam itupun saya tidak pergi ke majelis). titip salam ya buat yang lain. Banyak yang beliau katakan tapi hamba lupa. Ketika mau beranjak pergi meninggalkan istana dan bang Pii yang berada di depan gerbang pintunya, hamba bertanya lagi, "afwan bang Pii, ini istana punya bang Pii??" Lalu beliau menjwab, "iya, alhamdulillah "

Spontan hamba berkata pada beliau "kok bang Pii bisa beli istana ini?". Dengan senyum yang sangat indah, beliau berkata "INI HASIL DARI PENGABDIAN HAMBA PADA HABIBANA. ini yang ana dapat dan lebih lagi". Lalu hamba terdiam dan pamit pada bang Pii. Dari kejauhan beliau masih memandang hamba dan tersenyum.

Dalam hati hamba berkata "Subhanallah bertapa baiknya Habibana memberikan itu semua. Masih bingung dan tidak percaya, hamba terbangun jam 10.30 bangun tidur, wudhu lalu dhuha dan menengok HP. Ada sms dari seorang teman majelis yang minta doa karena bang Pii sedang kritis.

Yaa Allah, tumpah ruang air mata ini. Baru saja hamba jenguk di RS dan bertanya pada istrinya. Bang Pii tidak sadarkan diri dari kapan ? lalu istrinya bilang bahwa sudah sejak semalam masuk RS.



Wajahnya putih bersinar dan sangat tampan padahal belum dimandikan.., selamat jalan saudaraku tercinta yg paling setia..”


Munzir Al Musawwa, 5 juni 2012

Sabtu, 16 Juni 2012

"SELAMAT JALAN SAUDARA SEPERJUANGAN KU YANG PALING SETIA"

Kisah ini ditulis oleh guru mulia, Al Habib Mundzir Al Musawwa. Ini kisah beliau tentang teman seperjuang beliau yang sangat beliau cintai. Kisah ini beliau beri judul : "SELAMAT JALAN SAUDARA SEPERJUANGAN KU YANG PALING SETIA". Kisah ini beliau tulis 5 Juni 2012. Ini dia kisah nya :



Al Habib Mundzir Al Musawwa :

Semenjak 1998 awal dakwah hamba di Indonsia dari Yaman, beliau ( hamba memanggilnya bang Pii, dan memberinya nama Muhammad Ruhiy) telah mulai mendampingi hamba, dan tidak mau berpisah dengan hamba. Walau beliau diijinkan pulang pada anak isterinya, ia tetap memilih tinggal bersama hamba, sampai akhirnya kami mendapatkan kendaraan sendiri. Ia berdakwah tanpa mengharapkan upah. Jika ditanya, beliau akan menjawab "Saya ikut habibana karena asyik dan senang saja. tidak mengharapkan upah". Maka kami berdakwah memacu tubuh. kami sering bermalam malam tidak tidur, bahkan berhari hari siang malam tidak tidur. Dan dia tidak pernah berkhianat pada hamba atau memperolok hamba, padahal usianya 4 atau 5 tahun diatas hamba.

Mulai dari Ujung Kulon,Bnaten, melintasi Jakarta, menuju Cianjur, Bandung, Majalengka, Subang, hingga berlanjut hingga Jawa Tengah yaitu Purwokerto, lalu melanjutkan dengan jalur selatan, Wonosobo, Pegunungan Dieng, Jogjakarta, Sukoharjo, Solo, lalu mengarah ke pantura, Semarang, Demak, Kudus, berlanjut ke Jawa Timur melalui Surabaya, bergabung dengan KH Sa'dullah mengelilingi puluhan wilaayah di Jawa Timur, diantara nya Tretes, Malang Selatan, Sidoharjo, Pujon, Mojosari, Mojokerto, Blitar, dan banyak wilayah dakwah KH Sa'dullah lalu meneruskan ke Probolinggo, lalu Tanggul, lalu Banyuwangi, menyerang ke Bali, di wilayah Negara, Karang Asem, Klungkung, Denpasar, lalu melanjutkan ke Mataram, lalu kembali ke Jakarta.

Itu kmi lakukan dalam 2 minggu setiap bulan nya. Sisa 2 minggu untuk 2 hari di Singapura, lalu ke Johor, Kuala lumpur, kembali ke Jakarta, dan bisa sampai 8 majelis dalam sehari. Hal itu berjalan hingga tahun 2002. Dan kondisi hamba pun mulai drop dan tulang tempurung lutut hamba melembek sebab terlalu banyak mengkonsumsi obat asma di ruang ICU RS. Kemudian hamba dirujuk ke Cipto Mangunkusumo lalu meneruskan pengobatan hingga 6 bulan terus di kursi roda, kemudian sembuh. Jangka beberapa bulan, stroke menimpa, namun kondisi hamba mulai membaik namun semakin lemah dan terus opname beberapa hari hampir setiap bulannya. Dan beliau tidak mengeluhkan sakit apapun kecuali masuk angin. Sampai hamba terkena stroke yang kedua pada 2003, kemudian Allah memberi kepulihan dan perlahan lahan meneruskan dakwah.

Kini jamaah Majelis Rasulullah SAW sudah jutaan jumlahnya. Dan saudara seperjuangan ku tidak pernah mau berpisah dengan ku. Suatu waktu hamba bertanya, "Apa cita cita mu yang kau dambakan di dunia ini ?" Kemudian beliau menjawab, "Saya ingin kaya raya Yaa Habibana". Hamba berkata lagi, "InsyaAllah kamu akan kaya raya tapi saya sudah wafat. Kamu dan keluargamu akan kaya". Maka beliau menjawab " Tidak Yaa Habibana, percuma kaya raya kalau tidak ada habibana, saya tidak mau kaya tanpa habibana. lalu hamba menggodanya lagi : "Lalu kalau bukan kaya raya, mau apa kamu hidup di dunia ini dan apa cita cita mu ?". Beliau menjawab : "Tidak ada cita cita yaa habibana. saya hidup bersama habibana saja, itu cita cita saya.

Muhammad Ruhiy beberapa minggu lalu terkena gagal ginjal, dan terpaksa cuci darah. Karena penyakitnya sama dengan satu penyakit yang dalam 3 tahun terakhir ini diidab hamba, yaitu sakit kepala bagian belakang. Mungkin karena cinta bang Pii atau Muhhamd Ruhiy terhadap saya, beliau berdoa minta penyakit hamba dipindahkan pada beliau. Sebab itu belaiu sering pusing tanpa sebab. Dan jika sakit pusing hamba kambuh, pasti disaat yang sama Muhammad Ruhiy pun demikian.

Seringkali ketika sakit kepala hambuh, dan dalam waktu yang sama beliau sms pada hamba minta ijin ngurut atau ke sinsei tau kemana karena pusing nya kambuh. Padahal hamba dikamar, dan beliau tidak tahu menahu jika hamba kambuh juga.

Seringkali saat hamba kambuh dan kebetulan sedang dimobil, maka hamba tanya beliau, "Bang, gimana kabar pusing mu ?" Bang Pii menjawab: "iya habibana, pusing ana lagi kambuh". Maka hamba menjawab dengan bercanda "kamu kok nyamain melulu kalo ana sakit".

Ia pernah juga mengidap sakit liver, sebabnya hanya karena hamba berhenti seluruh dakwah dan majelis, dan tidak ada kendaraan, maka beliau pulang dan kami berpisah. Hampir kira kira 1 tahun, maka ia terkena liver yang parah, karena terus menangis sedih berpisah dengan hamba. Lalu hamba katakan, "Kita akan bangkit dan dakwah lagi, dan mudah mudahan mati bersama bang, karena berjuang selalu bersama, atau jika beda waktu kematian kita hanya beda eberapa hari, lalu jumpa dan bersama lagi di alam barzakh, karena engkau ana beri nama Muhammad Ruhiy, ruh kita tidak bisa lama terpisah !"

Hamba ingin mengajaknya ikut berobat dengan profesor yang menangani sakit kepala hamba agar sakit kepalanya pun sama sama diobati. Namun beliau menolak, tentunya tidak ingin memberatkan biayanya pada hamba, dan beliau meremehkan sakitnya. Maka kurang lebih beberapa minggu lalu ia pamit untuk istirahat 2 atau 3 hari, hamba izinkan seminggu istirahat. Jika masih perlu atau mau istirahat, tidak apa apa. Ia pun pulang, dan lama tak kembali, sampai hamba dengan ia dirawat di RS Budi Asih. Lalu belum sampai dijenguk, dia telah pulang. Lalu kedua kalinya ia di opname lagi dan masuk ICU 2 hari.

Rupanya beberapa hari yang lalu, Muhammad Ruhiy sudah melakukan cuci darah. Dan menurut ilmu kedokteran, "CUCI DARAH BERARTI HANYA TERUS CUCI DARAH MENUNGGU WAKTU WAFATNYA SAJA, KECUALI CANGKOK GINJAL, KINI BANYAK YANG BERHASIL"




kisah ini belum selesai sahabat, tunggu kelanjutan kisah habibana :)

Jumat, 15 Juni 2012

Syair Primadona :)

Syair Padang Bulan adalah salah satu syair dalam album terbaru Al Habib Luthfi bin Ali bin Yahya. Dalam album terbaru nya ini, beliau Al AHbib Luthfi menampilkan beberapa qasidah pilihan yang sudah sangat familiar termasuk qasidah Sholatun yang sering di bawakan oleh Al Habib Syech bin Abdulqadir Assegaf dalam majelis nya. Selain itu, tentunya juga terdapat Syair yang sangat fenomenal yaitu PADANG BULAN. Syair ini mulai sering di tampilkan mulai beberapa minggu terakhir dan langsung menjadi favorit para jamaah. Lirik nya yang ringan dan mudah dimengerti, membuat syair ini menjadi begitu fenomenal di beberapa majelis di kota Solo, termasuk Ahbaabul Musthofa (pimpinan Al Habib Syech bin Abdulqadir Assegaf )

buat temen temen yang pengen tahu syairnya, ini dia :


PADANG BULAN



[ Padang bulan, padange koyo rino.
Rembulane sing ngawe-awe ] 2x
Ngelingake ojo turu sore sore.
[ Kene tak critani, kanggo seba mengko sore ] 2x


[ Lamun wong tuwo, lamun wong tuwo kliru mimpine.
ngalamat bakal, ngalamat bakal getun mburine ] 2x
Wong tuwo loro, kondur ing ngarso pangeran.
[ Anak putune rame rame rebutan warisan ] 2x


[ Wong tuwo loro ing jero kubur anandang susah.
Sebab mirsani putra putri ne ora ngibadah ] 2x
Kang den arep arep yaiku turune rahmah.
[ Jebul kang teka, jebul kang teka nambahi fitnah ] 2x

[ Jaman kepungkur, ono jaman buntutan.
Esuk esuk rame rame luru ramalan ] 2x
gambar kucing dikira gambar macan.
[ Bengi diputer, bengi diputer metu wong edan ] 2x

[ Kurang puas, kurang puas ngluru ramalan.
Wong ora waras, wong ora waras dadi takonan ] 2x
Kang ditakoni, ngguyu cekakakan
[ Jebul kang takon, jebul kang takon, wis ketularan ] 2x

Minggu, 10 Juni 2012

KISAH GURU KAMI, ALHABIB MUNDZIR AL MUSAWWA -part 2-

buat teman teman yang menunggu kelanjutan kisah ALhabib Mundzir, silakan menyimak lagi. :)
buat teman teman yang belum membaca, silakan baca posting sebelum nya :)

Photo: Al Habib Munzir Al Musawwa:

Saudaraku yg kumuliakan,
saya adalah seorang anak yg sangat dimanja oleh ayah saya, ayah saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya yg lain, namun dimasa baligh, justru saya yg putus sekolah, semua kakak saya wisuda, ayah bunda saya bangga pada mereka, dan kecewa pada saya, karena saya malas sekolah, saya lebih senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin Hud Alalttas, dan Majelis taklim kamis sore di empang bogor, masa itu yg mengajar adalah Al Marhum Al Allamah Alhabib Husein bin Abdullah bin Muhsin Alattas dg kajian Fathul Baari.

sisa hari hari saya adalah bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa nabi daud as, dan shalat malam berjam jam, saya pengangguran, dan sangat membuat ayah bunda malu.

ayah saya 10 tahun belajar dan tinggal di Makkah, guru beliau adalah Almarhum Al Allamah Alhabib Alwi Al Malikiy, ayah dari Al Marhum Al Allamah Assayyid Muhammad bin Alwi Al Malikiy, ayah saya juga sekolah di Amerika serikat, dan mengambil gelar sarjana di New york university.

almarhum ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam agama dan mumpuni dalam kesuksesan dunia, beliau berkata pada saya : kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa apa dari kebanggaan orang yg sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dg kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu.

maka ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di cipanas, cianjur, Puncak. Jawa barat, beliau lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan anak anaknya, mengajari anak2nya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah.

namun saya sangat mengecewakan ayah bunda karena boleh dikatakan : dunia tidak akhiratpun tidak.

akhirnya karena ayah pensiun, maka ibunda membangun losmen kecil didepan rumah berupa 5 kamar saja, disewakan pada orang yg baik baik, untuk biaya nafkah, dan saya adalah pelayan losmen ibunda saya.

setiap malam saya jarang tidur, duduk termenung dikursi penerimaan tamu yg cuma meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu, sambil tafakkur, merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam demikian malam malam saya lewati,

siang hari saya puasa nabi daud as, dan terus dilanda sakit asma yg parah, maka itu semakin membuat ayah bunda kecewa, berkata ibunda saya : kalau kata orang, jika banyak anak, mesti ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi apakah ucapan itu kebenaran?.

saya terus menjadi pelayan di losmen itu, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.

sampai semua kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk mondok, maka saya pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit duri jakarta selatan, namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan sakit sakitan karena asma terus kambuh, maka saya pulang.

ayah makin malu, bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab di kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Hb Bagir Alattas, ayahanda dari hb Hud alattas yg kini sering hadir di majelis kita di almunawar.

saya harus pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu ditempuh dalam 2-3 jam, dg ongkos sendiri, demikian setiap dua kali seminggu, ongkos itu ya dari losmen tsb.

saya selalu hadir maulid di almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud alattas yg saat itu di cipayung, jika tak ada ongkos maka saya numpang truk dan sering hujan hujanan pula.

sering saya datang ke maulid beliau malam jumat dalam keadaan basah kuyup, dan saya diusir oleh pembantu dirumah beliau, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas saya yg kotor dan basah menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka saya duduk dil;uar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.

saya sering pula ziarah ke luar batang, makam Al Habib husein bin Abubakar Alaydrus, suatu kali saya datang lupa membawa peci, karena datang langsung dari cipanas, maka saya berkata dalam hati, wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,

maka saya memutuskan beli peci berwarna hijau, karena itu yg termurah saat itu di emperan penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah, sambil membaca yaasin utk dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi kehidupan saya yg penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemooh, mereka berkata : kakak2mu semua sukses, ayahmu lulusan makkah dan pula new york university, koq anaknya centeng losmen..

maka saya mulai menghindari kerabat, saat lebaranpun saya jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.

walhasil dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yg shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang..,

lalu dalam saya merenung, datanglah rombongan teman teman saya yg pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf dg satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun ditraktir makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di makam wali Allah..

lalu saya ditanya dg siapa dan mau kemana, saya katakan saya sendiri dan mau pulang ke kerabat ibu saya saja di pasar sawo, kb Nanas Jaksel, mereka berkata : ayo bareng saja, kita antar sampai kebon nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada Allah, karena memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke cipanas, saya sampai larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, di ps sawo kebon nanas, lalu esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke cipanas..

tak lama saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dg guru dari orang yg paling dicintai Rasul saw, maka tak lama saya masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi timur, dan setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan berdoa pada Allah untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dg guru yg paling dicintai Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan pertama beliau yaitu pd 1994.

selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau melirik saya dg tajam.., saya hanya menangis memandangi wajah sejuk itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil bersama almarhum Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib Bin Syeikh Abubakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke Tarim Hadramaut yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau,

Guru saya hb Nagib bin syeikh abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin beliau salah pilih..?, maka guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yg pakai peci hijau itu..!, itu yg saya inginkan.., maka Guru saya hb Nagib memanggil saya utk jumpa beliau, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yg pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru saya hb Nagib menjawab : kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya, lalu guru mulia tersenyum..

keesokan harinya saya jumpa lagi dg guru mulia di kediaman Almarhum Hb bagir Alattas, saat itu banyak para habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid guru mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu beliau berkata pada almarhum hb umar maula khela : itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yg pakai peci hijau itu..!,

guru mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya hb Nagib bin syekh abubakar, seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap..

dua bulan kemudian datanglah Almarhum Alhabib Umar maula khela ke pesantren, dan menanyakan saya, alm hb umar maulakhela berkata pada hb nagib : mana itu munzir anaknya hb Fuad almusawa?, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya, maka hb nagib berkata saya belum siap, namun alm hb umar maulakhela dg tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini pernintaan AL Habib Umar bin Hafidh, ia harus berangkat dlm dua minggu ini bersama rombongan pertama..

saya persiapkan pasport dll, namun ayah saya keberatan, ia berkata : kau sakit sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke hadramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit?, siapa yg menjaminmu..?,

saya pun datang mengadu pd Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin hud Alattas, beliau sudah sangat sepuh, dan beliau berkata : katakan pada ayahmu, saya yg menjaminmu, berangkatlah..

saya katakan pada ayah saya, maka ayah saya diam, namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan saya berangkat, saat saya mesti berangkat ke bandara, ayah saya tak mau melihat wajah saya, beliau buang muka dan hanya memberikan tangannya tanpa mau melihat wajah saya, saya kecewa namun saya dg berat tetap melangkah ke mobil travel yg akan saya naiki, namun saat saya akan naik, terasa ingin berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana ayah saya berdiri dipagar rumah dg tangis melihat keberangkatan saya..., beliau melambaikan tangan tanda ridho, rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya dan dimanjakannya, beliau berat berpisah dg saya, saya berangkat dg airmata sedih..

saya sampai di tarim hadramaut yaman dikediaman guru mulia, beliau mengabsen nama kami, ketika sampai ke nama saya dan beliau memandang saya dan tersenyum indah,

tak lama kemudian terjadi perang yaman utara dan yaman selatan, kami di yaman selatan, pasokan makanan berkurang, makanan sulit, listrik mati, kamipun harus berjalan kaki kemana mana menempuh jalan 3-4km untuk taklim karena biasanya dg mobil mobil milik guru mulia namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim

suatu hari saya dilirik oleh guru mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi peringatan), saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak...!.

maka saya tercenung.., dan terngiang ngiang ucapan beliau : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak...?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan untuk mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci..

saya mau mencucikan baju teman saya dg upah agar saya kebagian sabun cucinya, malah saya dihardik : cucianmu tidak bersih...!, orang lain saja yg mencuci baju ini..

maka saya terpaksa mencuci dari air bekas mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun cuci yg mengalir itulah yg saya pakai mencuci baju saya

hari demi hari guru mulia makin sibuk, maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih memilih membantu segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat menginap dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan pelajaran demi bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya lebih sering jumpa beliau.

[i]2 tahun di yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau berkata : kapan kau pulang wahai anakku..?, aku rindu..?

saya jawab : dua tahun lagi insya Allah ayah..

ayah menjawab dg sedih ditelepon.. duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3 hari kemudian ayah saya wafat..

saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya pamitan itu adalah terakhir kali jumpa dg beliau.. dan beliau buang muka saat saya mencium tangan beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya, keluar dari kamar, keluar dari rumah, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan sambil mengalirkan airmata.., duhai,, kalau saya tahu itulah terakhir kali saya melihat beliau,., rahimahullah..[/i]

tak lama saya kembali ke indonesia, tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas, namun kurang berkembang, maka say mulai dakwah di jakarta, saya tinggal dan menginap berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya, majelis malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah kerumah, mereka murid2 yg lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam, maka walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka belum datang, saya menanti, setibanya mereka yg cuma belasan saja, mereka berkata : nyantai dulu ya bib, ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya, saya terpaksa menanti sampai mereka puas, baru mulai maulid dhiya'ullami.., jamaah makin banyak, mulai tak cukup dirumah rumah, maka pindah pindah dari musholla ke musholla,. jamaah makin banyak, maka tak cukup pula musholla, mulai berpindah pindah dari masjid ke masjid,

lalu saya membuka majelis dihari lainnya, dan malam selasa mulai ditetapkan di masjid almunawar, saat itu baru seperempat masjid saja, saya berkata : jamaah akan semakin banyak, nanti akan setengah masjid ini, lalu akan memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya Allah.. jamaah mengaminkan..

mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan dlsb, maka majelis belum diberi nama, dan saya merasa majelis dan dakwah tak butuh nama, mereka sarankan majelis hb munzir saja, saya menolak, ya sudah, majelis rasulullah saw saja,

kini jamaah Majelis Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, jawa barat, banten, jawa tengah, jawa timur, bali, mataram, kalimantan, sulawesi, papua, singapura, malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya kemarin hadir di majelis haul badr kita di monas, yaitu Profesor dari Jepang yg menjadi dosen disana, dia datang keindonesia dan mempelajari bidang sosial, namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa dg saya

Habib Mundzir Al Musawwa :

 "saya terus menjadi pelayan di losmen itu, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.

sampai semua kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk mondok, maka saya pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit duri jakarta selatan, namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan sakit sakitan karena asma terus kambuh, maka saya pulang.

ayah makin malu, bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab di kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Hb Bagir Alattas, ayahanda dari hb Hud alattas yg kini sering hadir di majelis kita di almunawar.

saya harus pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu ditempuh dalam 2-3 jam, dg ongkos sendiri, demikian setiap dua kali seminggu, ongkos itu ya dari losmen tsb.

saya selalu hadir maulid di almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud alattas yg saat itu di cipayung, jika tak ada ongkos maka saya numpang truk dan sering hujan hujanan pula.

sering saya datang ke maulid beliau malam jumat dalam keadaan basah kuyup, dan saya diusir oleh pembantu dirumah beliau, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas saya yg kotor dan basah menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka saya duduk dil;uar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.

saya sering pula ziarah ke luar batang, makam Al Habib husein bin Abubakar Alaydrus, suatu kali saya datang lupa membawa peci, karena datang langsung dari cipanas, maka saya berkata dalam hati, wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,

maka saya memutuskan beli peci berwarna hijau, karena itu yg termurah saat itu di emperan penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah, sambil membaca yaasin utk dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi kehidupan saya yg penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemooh, mereka berkata : kakak2mu semua sukses, ayahmu lulusan makkah dan pula new york university, koq anaknya centeng losmen..

maka saya mulai menghindari kerabat, saat lebaranpun saya jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.

walhasil dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yg shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang..,

lalu dalam saya merenung, datanglah rombongan teman teman saya yg pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf dg satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun ditraktir makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di makam wali Allah..

lalu saya ditanya dg siapa dan mau kemana, saya katakan saya sendiri dan mau pulang ke kerabat ibu saya saja di pasar sawo, kb Nanas Jaksel, mereka berkata : ayo bareng saja, kita antar sampai kebon nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada Allah, karena memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke cipanas, saya sampai larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, di ps sawo kebon nanas, lalu esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke cipanas..

tak lama saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dg guru dari orang yg paling dicintai Rasul saw, maka tak lama saya masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi timur, dan setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan berdoa pada Allah untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dg guru yg paling dicintai Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan pertama beliau yaitu pd 1994.

selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau melirik saya dg tajam.., saya hanya menangis memandangi wajah sejuk itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil bersama almarhum Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib Bin Syeikh Abubakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke Tarim Hadramaut yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau,

Guru saya hb Nagib bin syeikh abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin beliau salah pilih..?, maka guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yg pakai peci hijau itu..!, itu yg saya inginkan.., maka Guru saya hb Nagib memanggil saya utk jumpa beliau, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yg pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru saya hb Nagib menjawab : kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya, lalu guru mulia tersenyum..

keesokan harinya saya jumpa lagi dg guru mulia di kediaman Almarhum Hb bagir Alattas, saat itu banyak para habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid guru mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu beliau berkata pada almarhum hb umar maula khela : itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yg pakai peci hijau itu..!,

guru mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya hb Nagib bin syekh abubakar, seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap..

dua bulan kemudian datanglah Almarhum Alhabib Umar maula khela ke pesantren, dan menanyakan saya, alm hb umar maulakhela berkata pada hb nagib : mana itu munzir anaknya hb Fuad almusawa?, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya, maka hb nagib berkata saya belum siap, namun alm hb umar maulakhela dg tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini pernintaan AL Habib Umar bin Hafidh, ia harus berangkat dlm dua minggu ini bersama rombongan pertama..

saya persiapkan pasport dll, namun ayah saya keberatan, ia berkata : kau sakit sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke hadramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit?, siapa yg menjaminmu..?,

saya pun datang mengadu pd Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin hud Alattas, beliau sudah sangat sepuh, dan beliau berkata : katakan pada ayahmu, saya yg menjaminmu, berangkatlah..

saya katakan pada ayah saya, maka ayah saya diam, namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan saya berangkat, saat saya mesti berangkat ke bandara, ayah saya tak mau melihat wajah saya, beliau buang muka dan hanya memberikan tangannya tanpa mau melihat wajah saya, saya kecewa namun saya dg berat tetap melangkah ke mobil travel yg akan saya naiki, namun saat saya akan naik, terasa ingin berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana ayah saya berdiri dipagar rumah dg tangis melihat keberangkatan saya..., beliau melambaikan tangan tanda ridho, rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya dan dimanjakannya, beliau berat berpisah dg saya, saya berangkat dg airmata sedih..

saya sampai di tarim hadramaut yaman dikediaman guru mulia, beliau mengabsen nama kami, ketika sampai ke nama saya dan beliau memandang saya dan tersenyum indah,

tak lama kemudian terjadi perang yaman utara dan yaman selatan, kami di yaman selatan, pasokan makanan berkurang, makanan sulit, listrik mati, kamipun harus berjalan kaki kemana mana menempuh jalan 3-4km untuk taklim karena biasanya dg mobil mobil milik guru mulia namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim

suatu hari saya dilirik oleh guru mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi peringatan), saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak...!.

maka saya tercenung.., dan terngiang ngiang ucapan beliau : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak...?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan untuk mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci..

saya mau mencucikan baju teman saya dg upah agar saya kebagian sabun cucinya, malah saya dihardik : cucianmu tidak bersih...!, orang lain saja yg mencuci baju ini..

maka saya terpaksa mencuci dari air bekas mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun cuci yg mengalir itulah yg saya pakai mencuci baju saya

hari demi hari guru mulia makin sibuk, maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih memilih membantu segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat menginap dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan pelajaran demi bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya lebih sering jumpa beliau.

2 tahun di yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau berkata : kapan kau pulang wahai anakku..?, aku rindu..?

saya jawab : dua tahun lagi insya Allah ayah..

ayah menjawab dg sedih ditelepon.. duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3 hari kemudian ayah saya wafat..

saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya pamitan itu adalah terakhir kali jumpa dg beliau.. dan beliau buang muka saat saya mencium tangan beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya, keluar dari kamar, keluar dari rumah, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan sambil mengalirkan airmata.., duhai,, kalau saya tahu itulah terakhir kali saya melihat beliau,., rahimahullah.
tak lama saya kembali ke indonesia, tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas, namun kurang berkembang, maka say mulai dakwah di jakarta, saya tinggal dan menginap berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya, majelis malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah kerumah, mereka murid2 yg lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam, maka walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka belum datang, saya menanti, setibanya mereka yg cuma belasan saja, mereka berkata : nyantai dulu ya bib, ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya, saya terpaksa menanti sampai mereka puas, baru mulai maulid dhiya'ullami.., jamaah makin banyak, mulai tak cukup dirumah rumah, maka pindah pindah dari musholla ke musholla,. jamaah makin banyak, maka tak cukup pula musholla, mulai berpindah pindah dari masjid ke masjid,

lalu saya membuka majelis dihari lainnya, dan malam selasa mulai ditetapkan di masjid almunawar, saat itu baru seperempat masjid saja, saya berkata : jamaah akan semakin banyak, nanti akan setengah masjid ini, lalu akan memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya Allah.. jamaah mengaminkan..

mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan dlsb, maka majelis belum diberi nama, dan saya merasa majelis dan dakwah tak butuh nama, mereka sarankan majelis hb munzir saja, saya menolak, ya sudah, majelis rasulullah saw saja,

kini jamaah Majelis Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, jawa barat, banten, jawa tengah, jawa timur, bali, mataram, kalimantan, sulawesi, papua, singapura, malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya kemarin hadir di majelis haul badr kita di monas, yaitu Profesor dari Jepang yg menjadi dosen disana, dia datang ke Indonesia dan mempelajari bidang sosial, namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa dg saya..


--^O^--

itulah tadi, kelengkapan kisah inspiratif beliau Alhabib Mundzir Al Musawwa. semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi pada siapaun yang berkenan membacanya :) 

Sabtu, 09 Juni 2012

KISAH GURU KAMI, ALHABIB MUNDZIR AL MUSAWWA..

kisah ini saya baca saat saya tidak sengaja membuka akun facebook milik salah seorang teman. Aktor utama dari kisah luar biasa ini, adalah beliau ALHABIB MUNDZIR AL MUSAWWA. Berikut adalah kisah nya :



"Al Habib Mundzir Al Musawwa :

Saudara ku yang kumuliakan,
saya adalah anak yang sangat dimanja oleh ayah saya. ayah saya selalu memanjakan saya lebih dari anak nya yang lain, namun dimasa baligh, justru saya putus sekolah, sedangkan semua kakak saya wisuda, ayah bunda saya bangga pada mereka, dan kecewa pada saya. karena saya malas sekolah saya lebih senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud Alattas, dan majelis ta'lim kamis sore di Bogor. masa itu yang mengajar adalah Al Marhum Al Allamah Alhabib Husein bin Abdullah bin Muhsin Alattas dengan kajian Fathul Baari.

Sisa hari saya adalah bershalawat 1000 siang 1000 malam,, zikir beribu kali, dan puasa Nabi Daud AS, dan shalat malam berjam jam. saya pengangguran. saya membuat ayah bunda saya malu.

ayah saya 10 tahun belajar dan tinggal di Makkah, guru beliau adalah Almarhum Alhabib Alwi Al Malikiy, ayah dari Almarhum Al Allamah Assayid Muhammad bin Alwi Al MAlikiy, ayah saya juga sekolahdi Amerika Serikat dan mengambil gelar sarjana di Nwe York University.

Almarhum ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam agama dan mumpuni dalam kesuksesan dunia. beliau berkata pada saya : " kau ini mau jadi apa ? jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri. jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai ke luar negeri. namun saran ku tuntutlah ilmu agama. aku sudah mendalami keduanya. dan aku tidak menemukan keberuntungan apa apa dari kebanggaan orang yang menyanjung negeri barat. walau aku adalah lulusan NEw York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dengan kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menhindari itu.

maka ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di Cipanas. beliau lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan anak anaknya, mengajari anak anak nya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah.

namun boleh dikata, saya mengecewakan ayah bunda karena : DUNIA TIDAK AKHIRAT PUN TIDAK.

akhirnya, karena ayah saya pensiun, maka ibunda membangun sebuah losmen kecil di depan rumah. losmen ini hanya berupa 5 kamar saja. disewakan untuk orang baik, untuk biaya nafkah, dan saya adalah pelayan losmen ibunda saya.

setiap malam saya jarang tidur. duduk termenung di kursi penerimaan tamu yang hanya berupa meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu, sambil tafakkur, merenung, berdzikir, menangis, dan shalat malam. demikian lah malam malam yang saya lewati.

siang hari saya puasa nabi Daud AS dan terus dilanda sakit asma yang parah. maka itu semakin membuat ayah bunda kecewa. berkatalah ibu saya : kalau kata orang, jika banyak anak, pasti ada satu yang gagal. ibu tak mau percaya pada ucapan itu. tapi apakah ucapan itu merupakan kebenaran ? "

---^O^---

maaf sekali, ceritanya saya potong dulu. buat pembaca yang mau tahu lebih lanjut, insyaALLAH akan saya sambung secepatnya :)
terimakasih untuk bang MUHAMMAD MAHFUD  :)