Senin, 18 Oktober 2010

Sempat Memiliki

Hari ini aku tak bisa bernafas kembali. Dada ku sesak dan kepala ku terasa sangat berat……

###########################################
20 Agustus 2009
Hari ini dunia terasa terbalik. Hari ku terasa begitu nyata dan aku serasa dapat menyentuhnya. Bahagia ku hari ini, melebihi rasa bahagia ku akan apapun juga. Termasuk bahagiaku saat aku melangkahkan kaki ku di SMA ini. SMA N 1 Klaten. Sebuah sekolah elit yang mempertemuakan aku dan orang yang menjadi pacarku mulai hari ini. Putra. Seorang cowok Indo dengan badan tegap, kulit putih dan mata sipit.
Dan perkenalkan, aku ARISHA ASHIKIGAWA. Gadis biasa dengan jilbab, tinggi semampai dan berwajah oriental. Dari ‘luar’ aku mmang terlihat sangat cerdas dan bersemangat. Tapi sebenarnya………-ah lupakan-
Seperti kalian ketahui, secara sah dan resmi hubungan ku dan pacarku dimulai tanggal 20 Agustus 2009. Dan sejak saat itu, aku hampir bisa melihat kebahagiaan.

*******
Semua masih begitu mesra dan rasional sampai suatu saat, aku merasakan ketidakberesan dalam hubungan kami. Aku bertanya padanya. Aku memberitahunya unutk tidak takut pada apa yang akan dibawa oleh kejujuran. Kemudian dia menjawab, “aku mengenal gadis lain”. Hening. Kemudian dia menyebut satu nama. “Ara”. Aku terpaku. Ara adalah teman sekelasku dan aku cukup mengenalnya.
Setelah kejadian itu, hubungan kami berakhir. Aku memiliki prinsip bahwa selingkuh itu adalah suatu penyakit yang dapat kambuh kapan saja. Tapi aku tak bisa munafik, bahwa aku masih sangat menyayanginya. Sangat menyayanginya.
3 hari setelah hari itu, dia tak menunjukkan niat baik apapun. Aku yang notabene tidak menyukai permusuhan, mencoba untuk meminta maaf padanya. Karena aku telah melukai hatinya dengan perkataan yang aku lontarkan. Setelah aku minta maaf, dia mengajak ku untuk menjalin hubungan kembali. Aku tak bisa menolak.
Setelah mengalami putus nyambung, hubungan kami baik-baik saja. Sampai suatu ketika, saat aku dan dia dalam perjalanan saat akan bermain ke sebuah bukit, aku merasa sulit bernafas dan mual. ‘Tuhan, jangan sekarang’. Pintaku pada Tuhan. Walaupun rasa sakit itu dating, aku masih bersikap wajar dan biasa saja padanya. Belum saat nya dia tahu tentang ‘apa yang aku punyai’. Aku meyakinkan. Akan ada saat yang tepat. Tetapi bukan hari ini.
Alhasil setelah sampai, kami langsung berfoto-foto ria dan tertawa.. Sangat menyenangkan. Akan tetapi, rasa sakit itu tetap nggak mau pergi. Aku tetap menahanya. Aku memutuskan untuk duduk. Rasanya sangat tidak menyenangkan. Seharusnya kami bisa tertawa lagi, bukan duduk dengan tidak nyaman seperti sekarang. Duduk seperti ini, membuat ku mengantuk. Maklum saja, aku memiliki darah rendah yang parah. Dia mendekati ku, menyandarkan bahu ku di bahu nya. Aku ingn tidur Tuhan. Tapi bukan tidur untuk selamanya. aku tertidur. Saat aku tersadar, aku sudah tidak di bukit lagi. Aku sudah di dalam mobil. Dia pasti menggendongku turun dan menunggu ku saat aku tidur.
2 jam. aku tidur lumayan lama. “maaf ya, aku membuat mu harus menunggu begitu lama”.
“taka apa-apa. rasanya menyenangkan bisa melihat mu tersenyum dalam tidur. Mimpi apa tadi??” dia menjawab dengan mata yang sangat teduh. Aku ingin mata itu.
“tidak mimpi apa-apa. aku merasa sangat nyaman” aku menjawab. Tersenyum.
“mau pulang kapan? Kita makan dulu yuk.” Ajak nya.
“ah, nggak usah. Kita langsung pulang aja ya…” tolak ku. Aku tak mau dia tahu, bahwa aku sedang sakit.
“tapi nanti sampai rumah maem lho ya” tanggap nya.
“siap deh” aku menjawab dengan ssemangat.
Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang. Aku bakal selalu ingat saat ini. Saat dimana dia tampak sangat menyenangkan. Sangat dewasa.
Setelah acara di bukit itu, hubungan kami tetap berjalan normal dan tentu saja, mesra. Dia memberiku sebuah liontin berbandul hati di hari ulang tahun ku. Aku memiliki belahan hati sebelah kanan, dia yang sebelah kiri. Sangat romantis, bukan?
Akan tetapi semenjak kelas dia kelas 3 SMA, dia -kembali- berubah. Dan aku sebagai pacar yang setia dan –tentu saja- pengertian tetap setia bersamanya, mendengarkan curahan hatinya saat dia merasa bosan dengan pelajaran, memberinya semangat saat dia merasakan kemunduran pada dirinya. Aku tetap disisinya, bahkan saat dia mulai berkata tidak sopan pada ku. Dia pernah berkata “aku malu punya pacar kayak kamu”, dan “cari cowok lain aja sana”. Aku sakit hati, tapi aku masih belum bisa melepasnya. Aku masih bertahan. Aku tak ingin hubungan kami selesai hanya karena masalah ini. Aku bertahan karena aku takut kehilangan dia?? Atau aku bertahan hanya untuk mempertahan kan gengsi ku???
Dan klimaks dari semua hal adalah dia tak pernah memberiku kabar, dan penyakit ku bertambah parah saja. Akhirnya aku dibawa ke Rumah Sakit. Tak ada seorang pun yang tahu bahwa aku dirumah sakit. Termasuk Putra. Tak pernah sekalipun dia memberiku kabar. Sekedar SMS pun tidak. Aku berusaha menghibur diri ku, ‘dia sedang sibuk belajar’. Tapi ternyata aku salah. Aku telah salah menempatkan hati ku.

#####################################################
Hari ini aku masuk sekolah. Satu-satunya alasan aku masuk sekolah adalah DIA. Aku masuk kelas. Teman-teman menyambutku. Mereka memelukku. Saat istirahat, aku izin ke kamar mandi. Untuk mencapai kamar mandi, aku harus melewati belakang perpustakaan yang sangat sepi, tapi asik buat pacaran. Aku sendirian dan aku melihatnya. Tepat saat dia mencium keningnya…. Aku terpaku, termenung, dan shock. Aku tak bisa berkata-kata. Aku menangis tanpa aku sadari. Putra mencium kening Dhina. Dan semuanya menjadi gelap………….
Saat aku bangun, badanku menjadi sangat tidak nyaman. Semuanya terasa sakit. aku dirumah sakit sekarang. Aku ingin menemui Putra. Aku minta izin pada bunda ku untuk menemui Putra.
“bun, aku mau ketemu sama Putra. Boleh??” Tanya ku.
“sayang, kamu masih sakit. apa kamu bisa? Lagi pula memangnya kalian mau ketemu dimana?” jawab bunda ku dengan sedikit resah.
“bisa bun. Di SMA kok” jawab ku.
“hati-hati. Di jemput Putra kan??”
“iya bundaku sayang” aku menjawab sambil tertawa.
Akhirnya Putra menjemputku. Sebelum menuju ke sekolah, aku mengajaknya mampir ke supermarket untuk membeli 2 batang coklat. Kemudian kami menuju SMA. Tak banyak yang kami obrolkan. Aku hanya minta maaf, karena aku merasa tak akan ada lagi kesempatan . dan selebihnya, dia yang bicara. Aku hanya mendengarkan. Bahwa dia tak menyukaiku lagi. Bahwa dia tak pernah benar-benar memiliki rasa pada ku. Bahwa dia telah selingkuh , bahkan saat aku menderita sekalipun. Aku maklum. Apa yang bisa didapat dari seorang gadis penyakitan seperti aku?? Tapi jika semua itu memang benar, trus makna dari hubungan yang kita jalin selama ini apa??? Apa dia hanya mempermainkan ku??
Aku akhirnya diantar pulang ke RS. Dan aku merasakan puncak dari penyakit ku. Rasa nya sangat menyakit kan. Badan ku sakit, kepala ku pusing, mata ku serasa tak kuasa lagi untuk melihat indahnya dunia. Aku merasa ini adalah akhir. Ku serahkan sebuah kotak kecil pada bunda ku. “untuk Putra bun”, kata ku pada bunda. Kemudian ku ucapkan Sahadat dan Tahlil. Dan aku pergi menjauh. Menuju cahaya putih.
********
Dear Putra….
Dengan ini, kukembalikan liontin hadiah ulang tahun ku dari mu. Aku berharap kau akan tetap mengingatku. Dan selalu ingatlah, bahwa aku menyayangimu bahkan sampai hari ini, hari dimana Tuhan telah mengijinkan ku untuk bermain ke rumahnya.

With love
Arisha