Surat
untuk Rose
Untuk Rose yang
baik,
Sungguh aku sangat merindukan mu. Kau tahu, aku
masih selalu mengingat masa kita dulu. Rasanya ingin menangis dan tertawa dalam
waktu yang bersamaan.
Kala itu 1997. Tahun yang suram. Tidak hanya untuk
mu, tapi juga untuk ku. Mahasiswa miskin yang ikut menggermbar gemborkan
reformasi di depan gedung MPR demi mendapatkan sebungkus nasi dari para ibu ibu
di trotoar yang melihat para mahasiswa yang turun ke jalan bak pahlawan reformasi
mereka. Mungkin diantara sekian banyak mahasiswa kala itu, kita adalah mahasiswa
paling tidak tahu malu. (kelak, kejadian ini akan membawa kita kepada prinsip
hidup kita). Tapi harrus bagaimana lagi. Kala itu memang begitulah cara kita
mendapatkan makan. Ya, makan untuk mu sendiri, untuk ku, dan untuk ibuku. Harga
kebutuhan pokok kala itu sangat tinggi dan itu tidak terjangkau bagi kantong
kita.
Aku masih ingat, engkau adalah Rosalina Sri Dewi,
gadis yatim piatu yang membayar kuliah nya dengan membuka usaha binatu kecil
kecilan. Dan usaha binatu itu harus vacum sementara waktu karena tempat binatu
yang sekaligus rumah itu hangus terbakar kala masyarakat yang menginginkan
reformasi sudah tidak sabar lagi. Itu membuat mu menjadi lebih miskin dan membuat
mu satu rumah dengan aku dan ibu ku.
Aku tahu, kejadian itu membuat mu sangat frustasi.
Mungkin sampai ingin mati. Aku juga tahu, bahwa kamu sangat tidak ingin dikasihani
oleh siapapun dan sangat anti terhadap hutang. Tapi aku harus bagaimana lagi ?
Semanjak itu kamu masih tetap ingin membuka usaha
binatu. Dan akhirnya, kamu membuka usaha ini di samping rumah kami. Kamu tahu
Rose, tempat itu dahulunya adalah kandang ayam.
Aku tahu, usaha mu berjalan tidak mulus. Teman teman
kampus mu sering telat membayar cucian mereka, dan kadang kamu hanya dibayar
dengan sebungkus nasi. Aku salut dengan kemandirian mu. Walaupun kau hidup dengan
keluarga ku, tak pernah sedikitpun kau menyusahkan. Kau sungguh gadis yang kuat.
Lambat laun, usaha mu mulai membuahkan hasil.
Kejujuran dan manajemen waktu yang baik, membuat usaha binatu mu berkembang pesat.
Aku salut. Kau menjaga kualitas, dan kau tidak pernah ingkar janji. Itu yang
membuat para pelanggan selalu kembali lagi dan akhirnya menjadi pelanggan tetap.
Tapi, aku merindukan Rose ku. 20 Agustus 2000. Kau beranikan diri pindah ke Jogjakarta. Kota pelajar
impian mu. Aku tidak tahu dengan siapa kau hidup disana, dan bagaimana kau akan
melanjutkan hidup. Kau hanya bilang, bahwa kau tidak ingin merepotkan aku, dan
ingin mencba hidup mandiri. Rose, hidup mandiri seperti apa yang kamu inginkan
? Apa hidup seperti ini bukan cara hidup mandiri ? Hanya itu yang ingin aku tanyakan
saat itu.
Semanjak itu, aku adalah penerus usaha binatu mu.
Setelah kuliah, aku menerima cucian. Kemudian mengerjakan tugas kuliah. Dan ternyata pelanggan juga puas
dengan hasil ku. Aku selalu merindukan mu. Selalu.
27 Mei 2007
Aku sangat mengkhawatirkan mu. Baru
kali ini aku mengkhawatirkan mu sampai seperti ini. Kau tidak mengabariku. Aku
tidak tahu kau dimana ? Apa kau termasuk korban gempa yang tergeletak itu ? Atau
malah kau termasuk relawan yang selamat?
Rose. Aku Kinanthi Rindang. Aku
meneruskan binatu mu sampai menjadi sebesar ini karena aku berharap kau akan
kembali dan melihat nya. Lihat Rose, itu jerih payah mu kala kau muda. Lihat
Rose, itu hasil dari begadang sampai malam hanya umtuk mencuci. Aku ingin kau
melihat nya, dan mungkin membanggakan nya.
Rose yang baik, sekarang biarkan aku berkata jujur. Aku
mencintai mu. Sangat dalam. Aku tahu ini akan sulit. Tapi aku akan selalu menunggu
mu. Dengan tersenyum.
Rose, dimanapun kamu berada, ingat
prinsip kita, bahwa kita akan kembali untuk negeri ini. Bahwa kita akan menjadi
penerus bangsa yang tahu malu. Dimanapun kau berada, pulanglah..
Delanggu, 08 Agustus 2012
Yasinta Adhiguna
Kelompok Mandiri
Jurusan Ilmu Komunikasi
“SEMANGAT
OSMARU”
0 comments:
Posting Komentar